MAIYAHKUDUS.COM

Salam Salaman

Mukadimah Semak Tadabburan Edisi 12 (14 Juli 2018)

Tegur sapa dan salam adalah hal biasa dalam keseharian. Entah sejak kapan perilaku ini dimulai, tapi membudaya dalam kehidupan. Budaya sebagaimana mahluk sosial yang saling peduli dan membutuhkan. Budaya sebagai eksistensi manusia yang sejatinya takut kesepian, karena kesepian menjauhkan dari kebahagiaan. Sehingga bahagia menjadi jawaban atas larisnya sosial media, melalui ponsel pintarnya, kapan dan di mana saja orang bisa saling sapa.

Salam merupakan cara mengkomunikasikan kesadaran akan kehadiran orang lain. Baik secara verbal maupun tindakan (jabat), salam menguatkan silaturahmi (persahabatan, persaudaraan). Silaturahmi adalah perkara terpuji dan disukai dalam kehidupan maupun beragama. Melalui silaturahmi akan terjalin persatuan.

Bukan hanya silaturahmi saja, salam juga merupakan doa keselamatan kepada yang disalami. Artinya, dalam salam ada sisi kemanusiaan untuk saling menyelamatkan satu dengan yang lain. Jika sesama manusia berupaya untuk salang menyelamatkan maka tak hayal jika kasih sayang, kedamaian dan kesejahteraan akan terwujud. Oleh karena itu, salam merupakan dasar akhlak dalam beragama. Agama mengajarkan kedamaian disebarluaskan bukan hanya terhadap sesama manusia, tetapi seluruh makhluk, yang bernyawa maupun tak bernyawa.

Senada dengan salam, salaman adalah penegasan atas salam itu sendiri. Ketika terjadi salaman maka seketika itu berlaku akad. Jika akad terjadi berarti terselenggara perjanjian yang tidak boleh dilanggar: Perjanjian untuk bersahabat atau bersaudara, sumpah untuk saling mengamankan dan menyelamatkan, memberikan maaf dan ampunan, mewujudkan kasih sayang, perdamaian dan kesejahteraan bersama.

Begitu indahnya budaya salam-salaman ini jika benar-benar terlaksana dari hati pelakunya. Tapi sayangnya seringkali seperti mobil-mobilan anak-anak. Salam-salaman cuma mainan, tidak sungguhan, sering penuh kepura-puraan dan kemunafikan. Mengirim salam sekedar sebab sungkan agar tak kehilangan muka, sekedar unggah ungguh pemanis bibir. Menyalami sebab berkepetingan, penuh embel-embel, riya, pamrih, dan sampah hati lainnya.

Tanggal 14 Juli 2018 ini, Semak Tadabburan Edisi 12 akan membincang tema “Salam Salaman”. Mari hadir untuk sinau bareng, bersalam-salaman menghalalkan dosa di bulan syawal. (ALK/Redaksi Semak)

Sedulur Maiyah Kudus (Semak) adalah Majelis Masyarakat Maiyah di Kota Kudus, yang merupakan bagian dari Masyarakat Maiyah Nusantara.