MAIYAHKUDUS.COM

Masyarakat Madoni

Mukadimah Semak Tadabburan edisi ke-29 (14 Desember 2019)

Misal ada pertanyaan: kenapa nabi mengajak kepada ajaran keselamatan dunia akhirat, kok dimusuhi kaumnya? Tanpa mengacu sirah nabawi, kira-kira seperti apa pendapat anda?

Sebenarnya tidak terlalu susah menjawabnya, dengan sekedar logika asal-asalan. Pertama misalnya, kaum dan warga yang mengikuti ajaran nabi cenderung menjadi manusia merdeka yang menolak ditindas. Sehingga kaum borjuis yang terbisa dilayani dan main perintah akan kehilangan prilaku manjanya. Amsal berikutnya, sistem ekonomi umat yang dicontohkan nabi berbentuk gotong royong membuat para kapitalis kehilangan pundi-pundi monopoli dan kecurangan (riba). Begitu pula dengan para pemuka kepecayaan (agama) terdahulu ikut terdampak secara finansial sebab pengikutnya berpaling. Bukan hanya keuangan, para pembesar akan merasa tersaingi dan kehilangan pengaruh, sebab pengikutnya susut. Dst.

Dari sampling di atas bisa ditebak siapa saja atau pihak mana yang menentang ajaran nabi. Andai memang benar-benar bisa dipetakan seperti oposisi biner, sebenarnya kaum-kaum seperti penentang nabi tersebut sampai detik ini masih bercokol di segala lini kehidupan dunia. Sehingga ajaran pembangunan masyarakat ummah seperti Yatsrib (Madinah) akan sangat susah diulang, sebab nabi tak lagi menemani, sedangkan penentang bertambah tak terhitung jumlahnya.

Namun tidak seperti itu juga. Sebab secara ajaib madinah yang (salah satunya) bermakna ‘kota’ ternyata justru desa lah pemegang nilai kearifan dan keadaban budaya madinah. Sedang kota kini malah lebih akrab dengan meterialistis, individualis, libido kekuasaan, dan lebih banyak mewajahi hal sebaliknya.

Sepertinya desa adalah modal dasar untuk meluaskan cita-cita nabi membanggun masyarakat ummah. Masyarakat yang penuh kemandirian, berakhlak santun, tenggang rasa, gotong royong, persaudaraan, dst.

Tapi sekali lagi, kehidupan bukan oposisi biner. Tidak semua isi desa mewajahi nilai-nilai tersebut. Dan tidak semua penghuni kota sekarang ‘beraroma busuk’. Selalu ada anomali-anomali yang membuat pembeda. Dan itulah bibit-bibit baru. Baik bibit menuju cahaya maupun menuju kegelapan.

Lalu, akan menjadi bibit apa dirimu?

***

Edisi ke-29 ini, Semak Tadabburan akan bermimpi tetang masyarakat madani dan oposan-oposannya yang madoni. Semoga kemudian segera bangun dari tidur lalu gotong-royong mewujudkannya bersama. (ALK/Redaksi Semak)

Sedulur Maiyah Kudus (Semak) adalah Majelis Masyarakat Maiyah di Kota Kudus, yang merupakan bagian dari Masyarakat Maiyah Nusantara.