MAIYAHKUDUS.COM

Tresna Mardika

merekam diskusi melalui puisi

i.
maka ceritakanlah kepadaku, Prabu
tentang pertemuanmu suatu maghrib dan rahasia
yang disibak tabib: penyakit pertama manusia
adalah lupa—‘amnesia?’—dan ia tak perlu
menunggu hari tua

‘sejak ditiupkannya ruh ke rahim ibu’ kata tabib itu
‘asal perjanjian hilang, manusia beranjak mengingat
nama benda: kepala anak-anak selalu lunak’

aku jadi percaya, manusia tahu segala
lebih dari dewa, tapi pengetahuan mereka
untuk apa (?)

ii.
engkau melihat ke jendela
di luar gubuk suci, pohon jadi kurcaci
langit terasa kecil sekali

‘aku cuma prabu’ katamu
‘baju yang kian asing dalam cermin, tak tahu
warna tubuhku, tak tahu selain itu
aku cuma prabu…’

iii.
‘…dengan negeri yang pucat’

lihat: bukit meloncat ke pusat kota
tujuh ekor burung pipit terhimpit

di jembatan, tak ada sapaan
setangkai sungai patah oleh bangkai
kerabat, bangkai pengkhianat

sedang desa yang tak terjamah dunia
selalu punya rahasia lagi Arti—di sini gubuk
suci berdiri, surau bagi tabib yang mungkin
juga seorang resi

mungkin juga seorang sufi

iv.
‘duh gusti, barangkali prabu tak mengerti: hati tak
punya hari cuti, merasa berkuasa atas apa saja adalah
petaka, padahal sakti hanya ditentu dari bakti
hanya kepada Arti

duh gusti, sebaiknya prabu belajar mencinta
merdeka dari apa saja: Tresno Mardiko’

tabib ingin mengucapkan wasiat itu
tapi pada api yang hampir padam udara
melepas panas dan gas
angin menjadi dingin

padahal di tubuh prabu bau abu menyerbu
sebuah kastil hangus
asap menyergap
gelap

barangkali dari pagi
mesti ada yang perlu dicuri: matahari.

Bae Krajan—Kudus, 25 Juli 2020
Tiyo Ardianto

Penggiat Sedulur Maiyah Kudus. Aktif di Omah Dongeng Marwah.