MAIYAHKUDUS.COM

Catatan Singkat untuk Sang Guru

Jika kita sedang belajar berjalan, kita butuh guru untuk mengajari kita bagaimana melangkahkan kaki kanan dan kiri berirama. Jika sudah bisa berjalan, kita lantas tak meninggalkan Sang Guru. Kita masih membutuhkan guru untuk ke tahap berikutnya, belajar berlari. Tak cukup, kita juga masih membutuhkan guru untuk mengetahui kapan kita harus mulai berhenti berlari. Lalu kita belum belajar apa-apa, tiba-tiba guru itu meninggalkan kita.

Tak banyak guru yang mengajarkan kita tentang Jawa, Wali dan Agama Islam secara runtut dan terukur. Saya masih ingat bagaimana Agus Sunyoto menceritakan masuknya islam ke tanah Jawa. Beliau bertutur secara sederhana. Kita yang tidak pernah duduk di jurusan Sejarah Islam dengan cepat memahami. Saya seolah mendapat grojokan ilmu yang besar. Tak pernah kudapatkan di bangku sekolah maupun kuliah.

Lalu Agus Sunyoto juga memberikan kita kekuatan. Beliau sering menguatkan kita bahwa nenek moyang kita unggul dalam segala bidang. Arsitektur, pertanian, hukum, astronomi dan sebagainya. Kita diminta untuk tidak minder dengan negara lain. Kita patut berbangga diri bahwa kita pernah menjadi besar dan bisa menjadi besar kembali lagi. Kuncinya cuma belajarlah sejarah dengan baik, pelajari leluhur-leluhur kita dalam menjalani kehidupan. Itulah yang sering saya dengar Agus Sunyoto di berbagai tempat. Seperti di Suluk Maleman Pati dan Maiyahan bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng.

Beberapa kali Agus Sunyoto terlihat tampil bareng Cak Nun. Cak Nun selalu mempersilakan beliau jika ada hal-hal yang berkaitan dengan islam dan jawa. Agus Sunyoto dan Cak Nun adalah dua sahabat. Begitu kesan saya saat mereka berada di atas panggung. Saling melempar candaan, saling mendoakan, juga saling menguatkan.
Baru setengah perjalanan menuju berbuka puasa, kabar meninggalnya Agus Sunyoto mendadak ramai di grup Whatsapp pada 27 April 2021. Saya hendak untuk tidak mempercayai kabar tersebut. Dalam hati saya, semoga kabar itu tak benar. Karena masih banyak yang harus saya pelajari tentang beliau. Namun, kabar tersebut benar-benar tidak bohong. Agus Sunyoto pulang ke Maha Pengetahuan. Beliau meninggalkan karya berupa Atlas Wali Songo. Sebuah karya beliau yang akan selalu hidup abadi.

Mulai hari ini kita kehilangan salah satu guru terbaik untuk kita yang sedang belajar tentang jawa, islam dan wali songo. Mari menjadi murid yang baik dengan mempelajari karya-karya beliau, agar kita dapat belajar berjalan sendiri, berlari sendiri dengan bangga.

Selamat Jalan Guru, Kyai, Bapak Agus Sunyoto. Terima kasih sudah dipertemukan dengan pengetahuan-pengetahuan.

Priyo Wiharto

Penggiat di Sedulur Maiyah Kudus. Guru di SMA 1 Mejobo, Kudus.