MAIYAHKUDUS.COM

Reborn

Mukadimah Semak Tadabburan edisi ke 47 (16 Oktober 2021)

Saat ini kita patut gembira sebab pembatasan sosial mulai dibuka meskipun bertahap. Kita sudah melihat anak-anak berangkat pagi-pagi untuk belajar walau dengan jadwal bergiliran. Madrasah sore pun penuh dengan suasana mengaji. Ekstrakurikuler aktif lagi sehingga mereka lebih sering bersosialisasi tatap muka. Selain dari pada itu, PKL di lingkungan sekolah ekonominya menggeliat bangkit sehingga tak perlu tenaga ekstra menjajakan dagangan keliling mencari anak bermain di luar yang susah bukan main sebab kids jaman now lebih suka pegang gadged di kediaman.

Meskipun demikian, kini kita punya PR besar akibat kevakuman estafet belajar anak-anak selama sekitar dua tahun belakangan. Ketertinggalan belajar harus dikejar. Karena pengetahuan tak semua dapat dibypass, sebagimana tak ada perkalian tanpa penjumlahan.

Selama masa pembatasan, sistem memaksa belajar instan. Transfer pengetahuan tidak ada parameter kontrol jelas. Anak tidak belajar tapi diluluskan. Akibatnya bisa jadi kita telah melahirkan generasi ‘karbitan’. Generasi yang dibiasakan belajar dari youtube dan berguru kepada google. Generasi belajar lima menit selebihnya ngegame atau mengikuti tren tiktokan.

Apa yang sudah terjadi sekarang adalah tanggung jawab bersama. Tak mungkin melempar sepenuhnya kepada pemerintah, sebab masyarakat sudah terbiasa tidak bergantung dengan negara. Lagi pula kita juga punya andil besar atas masalah ini. Kita lebih sering abai dan tidak peka dengan perubahan kecil yang kemungkinan besar membawa mudarat.

Namun demikian, kita tak perlu berkecil hati. Kejadian yang kita anggap tidak elok belum tentu sepenuhnya buruk. Terutama bagi Tuhan, sejatinya tidak ada keburukan. Ibarat sampah yang berserakan sejatinya menyuburkan tanah. Bisa jadi semua baik asalkan dipandang dari sisi yang berbeda.

Sebagaimana nabi yang membawa nubuwah dan risalaah di masanya dianggap menyalahi adat. Tapi akhirnya membawa dampak perbaikan akhlak pada masyarakat. Begitu juga saat ini, masa ‘bandemi‘ seolah semua reset dari awal. Kaum elit sampai kelas ‘rendah’ semua start bersama. Ke mana arahnya? Berjalan maju atau mundur ke depan kita yang tentukan.

Putusnya tongkat estafet tentu membawa perubahan besar. Kebiasaan buruk tentu dapat dipangkas agar tak menular ke generasi baru. Namun juga tentu akan muncul budaya baru yang pasti membawa kuman dan penyakit lain. Oleh karena itu, momen ini kita harus lebih peka dan berhati-hati dalam meramu formula agar menemukan generasi baru yang fresh dan sehat.

Beretorika dan berteori memang mudah. Maka mari kita tadabburi lalu aksi. [ALK/Redaksi Semak]

Sedulur Maiyah Kudus (Semak) adalah Majelis Masyarakat Maiyah di Kota Kudus, yang merupakan bagian dari Masyarakat Maiyah Nusantara.