MAIYAHKUDUS.COM

Derasnya hujan, Derasnya nikmat?

 

Mukadimah Semak Tadabburan edisi ke 61 (14 Januari 2023)

Beberapa waktu terakhir Gus Sabrang pernah memberikan penjelasan kepada kita tentang tiga jenis pengalaman. Pengalaman Fisik/fisiologis, pengalaman akal/psikologi dan pengalaman ruhani. Setiap manusia pasti pernah mengalami ke-tiga jenis pengalaman tersebut dan sudah tentu pengalaman setiap manusia bervariasi, ada yang hanya mengalami pengalaman fisik, ada yang hanya mengalami pengalaman akal dan ada yang hanya mengalami pengalaman ruhani. Ada pula yang hanya mengalami pengalaman akal dan ruhani, fisik dan ruhani, akal dan fisik atau bahkan ke-tiganya. Prosesnya pun bervariasi, ada yang mengalami nya bertahap, ada pula yg secara sekaligus.

Menjelang bulan Januari awal tahun 2023 ini, Sejak akhir tahun 2022 di bulan Desember kita di sambut oleh hujan dengan curahnya yang begitu tinggi. sebagian penjuru negeri ini tak pelak mengalami kejadian – kejadian luar biasa yang sama. Begitupun di kota Kudus, derasnya hujan di rasakan hampir sebagian besar masyarakat kota yg di kenal dengan slogan Gusjigang (Bagus kepribadiannya, Tekun mengaji, semangat usaha berdagang).

Kita mungkin sering mendengar bahwa hujan adalah nikmat Allah, ada pula istilah para santri bahwa hujan di ambil dari kata Jawah (bahasa Jawa yang artinya hujan), akronim dari ‘ja’a rahmatuLlah’ (telah datang rahmat Allah). Jika benar hujan adalah nikmat dari rahmat Allah, lantas kenapa nikmat Allah menimbulkan banjir? bahkan terdapat korban jiwa. Tentu saja kita tidak akan menyalahkan Allah, namun tentu banyak hikmah dari sekian banyak kejadian, maka SEMAK Tadabburan bulan ini mencoba menyelami peristiwa hujan agar tidak gagal faham dan mampu menyikapi setiap kejadiannya dengan pas.

Mbah Nun mengijazahkan kepada masyarakat Maiyah Kudus dengan Surat An-Nahl ayat 10, sebagai salah satu pijakan untuk berkumpul dan bergerak.

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً ۖ لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ

Artinya: Dialah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.

Kita kembali mengaitkan bagaimana mencerna penjelasan dari Gus sabrang tentang ketiga pengalaman tersebut dengan hujan.

Kalau orang hujan-hujanan, pengalaman apa yang dialami? Pengalaman fisik kah? Pengalaman psikologi kah? Ataukah keduanya? Apakah pengalaman fisik mampu memberi label baik atau buruk? Musibah atau berkah? Nikmat atau adzab?

Apakah ada kemungkinan bahwa pengalaman fisik yang sama, missal derasnya hujan, menjadi pengalaman psikologis yang berbeda bagi orang yang berbeda? Apakah pasti hujan itu nikmat? Apakah hujan kadangkala bisa menjadi berkah, atau bahkan bisa menjadi musibah?

Mari kita diskuisikan bersama.

Wallahu a’lam bisshawab. (Redaksi Semak)

Sedulur Maiyah Kudus (Semak) adalah Majelis Masyarakat Maiyah di Kota Kudus, yang merupakan bagian dari Masyarakat Maiyah Nusantara.