MAIYAHKUDUS.COM

Modal Menulis itu bukan Membaca tapi Berdiskusi

Profesi menulis mulai terdesak. Orang – orang dengan keinginan menjadi penulis perlu berpikir matang. Tak salah memang bermimpi penulis.  Di dunia serba digital ini,  masihkah betah membaca? Bahasa tereliminasi oleh simbol. Simbol mendominasi layar handphone. Hampir di setiap obrolan  whatsapp diselipi simbol. Simbol mereduksi pikiran manusia semakin sempit. Manusia lalu cepat berujar lelah ketika membaca tulisan demi tulisan. “Jangan pernah bercita – cita menjadi penulis” imbuh Mas Erik.

Mas Erik tak sendirian . Mas Fahmi juga mengiyakan bahwa simpul – simpul maiyah di daerah kekurangan penulis . Apalagi penulis – penulis bercerita perihal maiyah. Ada peserta – peserta dari simpul maiyah lainnya. Ada 23 peserta lainnya ikut membenarkan idiom begitu susahnya menjadi penulis.  Mereka berkumpul di Edotel Hotel SMKN 27 Jakarta, Jalan Dr. Sutomo No.1 Jakarta Pusat. Mengikuti Workshop teknik penuisan dan storytelling penggiat maiyah selama dua hari, 5-6 Mei 2018.

“Makanan dari menulis itu bukan membaca tapi berdiskusi. Itu akan memantik cara kalian menulis.  Cara terasyik mempelajari cerita adalah dengan memperbincangkannya”. Ujar Mas Erik. Ucapannya lalu diejawantahkan selama dua hari pelatihan. Peserta satu demi satu diminta untuk memperbincakan tema atau masalah sebagai modal menulis. Kritikan membantu peserta untuk mendapatkan ide terbaik. Kritikan itu disisipi canda sehingga peserta semakin tahu kelemahan dalam proses menulis.

Tak hanya perihal ide, Mas Erik juga membahas satu demi satu tulisan di hari kedua. Perihal tulisan ini, tak hanya dia yang berkomentar, peserta lainnya diperbolehkan untuk menanggapi tulisan peserta lainnya. Suasana ruangan menjadi lebih bergairah. Masukan – masukan perihal bahasa, kalimat efektif, profiling, hingga cara menutup tulisan menjadi catatan buat peserta. Tentu saja dengan suasana maiyah, penuh dengan kegembiraan. Mas Erik selalu mengulang bahwa sebelum memulai menulis perbanyaklah berdiskusi. Berdiskusi akan membantu kita mencari kelemahan dan dijadikan masukan positif.

Di akhir acara para peserta diminta menguraikan masalah menulis atau berbagi pengalaman perihal simpul maiyah di daerah masing – masing. Mas Fahmi dari Kenduri Cinta menutup kegiatan ini dengan berpesan agar kita menulis maiyah. Memperkenalkan maiyah melalui tulisan. Ada beberapa cara memperkenalkan maiyah yaitu melalui video, poster, dan tulisan. Namun, tulisan menjadi titik yang paling sepi.

Dengan kegiatan ini diharapakan peserta mulai memperkenalkan maiyah di daerah masing – masing melalui tulisan. Sehingga ini menjadi dokumentasi penting dan media pembelajaran efektif untuk kembali meningkatkan literasi.

Para penggiat maiyah lalu kembali ke daerah masing – masing. Mereka diikat dalam satu wasilah. Menulis.

Penggiat di Sedulur Maiyah Kudus. Guru di SMA 1 Mejobo, Kudus.