MAIYAHKUDUS.COM

Mencari Pemimpin yang Berenergi Positif

Reportase “Energi Sinergi”, Semak Tadabburan edisi ke-30 (11-12 Januari 2020)

Hujan yang melanda sekitar pukul delapan malam di Kudus dikabarkan oleh para penggiat Maiyah Kudus. Ada yang berujar: saya berteduh dulu, saya berangkat terlambat. Ada juga yang dari sore sudah di lokasi tempat maiyahan, Museum Kretek Kudus. Sabtu Malam itu (11 Januari 2020) dan beberapa hari terakhir, kota ini sering dilanda hujan deras. Namun, itu tak menyurutkan nyali para penggiat menggelar tikar. Mereka sedari sore sudah ramai di grup whatsup. Mengecek satu persatu persiapan. Dari tikar, pengisi acara, pengeras suara hingga kompor untuk menyajikan kopi buat jamaah yang hadir.

Tepat pukul 20.00 WIB Jamaah Maiyah sudah berada di lokasi. Diawali dengan pembacaan Munajat Maiyah, ‘Inadul Maiyah dan Wirid Akhir Zaman, mereka ikuti dengan khusyuk meski hujan sepertinya tak akan reda dalam beberapa jam kemudian. Malam itu Sedulur Maiyah Kudus mengangkat tema Energi Sinergi.

Tetesan hujan masih terdengar jelas di sekitaran gelaran acara. Satu per satu jamaah berdatangan, narasumber juga sudah ikut membersamai mereka. Ada Gus Syafiq Jalaluddin, Nurhadi (Presiden Tronjal-tronjol) serta Hasan Aoni Azis.

Hasan Aoni memantik diskusi dengan hukum kekekalan energi. Energi tak bisa dihilangkan. Energi akan selalu bersifat kekal. Energi-energi positif itu saling membentuk sinergitas sehingga menghasilkan kegiatan positif. Beliau -yang juga hadir bersama putrinya, Tsaqiva- menganggap kualitatif itu lebih penting dari pada kuantitatif dalam konteks energi. Bisa jadi, kuantitas Maiyah tidak harus banyak tapi lebih penting influence yang besar.

Hasan Aoni adalah pendiri komunitas dan pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Omah Dongeng Marwah. Sebuah komunitas di Dukuh Plumbungan Purwirejo Bae Kudus.

Jamaah begitu menikmati penampilan musik dari Grup SMS, sebuah grup dari IAIN Kudus. Tsaqiva, putri dari Hasan Aoni juga menyumbangkan beberapa lagu dengan suara khasnya. Para hadirin terlihat tidak mempedulikan hujan yang masih saja mengguyur. Candaan, gurauan serta pertanyaan maupun respon yang dilontarkan membuat suasana bertambah hangat.

Gus Hasan Mafik, salah satu Kyai Muda NU Kudus juga turut hadir malam itu. Gus Hasan menyapa jamaah dengan takwa. Takwa adalah suatu proses. Kata beliau, orang yang bertakwa adalah orang yang berproses. Beliau mencontohkan Bilal. “Bilal kalau disakiti selalu merasakan nikmat. Karena selalu ingat saat Rasulullah disiksa kaum Kafir.” Ujarnya.

Rasulullah menjadi energi bagi Bilal. Energi yang ditanamkan kepada umat adalah energi keimanan. Bilal adalah pengikut Rasul yang baik. Seorang pengikut yang baik adalah cerminan dari pemimpinnya, yaitu Rasulullah. Gus Hasan juga menambahkan segala perintah Rasulullah kepada umatnya pasti pernah dilakukan Rasul sebelumnya. “Tak ada perintah yang tidak pernah diajarkan Rasul sendiri.” Ujar beliau.

Rasulullah adalah pemimpin yang baik, pembawa energi positif bagi kaum Anshar dan Muhajirin. Sebenarnya negeri ini juga mendambakan pemimpin yang memiliki energi positif. Negeri ini terlalu sering ditunjukkan hal-hal negatif. Ujaran-ujaran kebencian, permusuhan, tidak saling percaya satu sama lain masih menjadi wajah kita sendiri. Semoga energi positif dari maiyah juga akan menghasilkan hal-hal positif lainnya. (Priyo Wiharto)

Penggiat di Sedulur Maiyah Kudus. Guru di SMA 1 Mejobo, Kudus.