MAIYAHKUDUS.COM

Awas “Inna Fil” Rindu

Reportase 4 Tahun Semak bagian 2

Selepas ashar alunan munajat menggema di milad ke empat tahun Sedulur Maiyah Kudus. Panggung seluas lima kali tiga meter cukup untuk kelompok kecil pemain rebana menempatkan diri mengiringi munajat. Jamaah yang hadir duduk lesehan menghadap panggung sebagian lain mengisi tempat duduk di kanan dan kiri ruangan. Sesuai namanya, resto ini hampir seluruhnya menggunakan bambu wulung sebagai material bangunan. Sore ini (24 April 2021) tidak kurang dari seratus jamaah bersama-sama menyapa dan menghaturkan salam kepada Kanjeng Nabi. Setiap kali munajat, nuansa khusyuk begitu terasa merasuk kalbu jamaah. Tepat menjelang adzan magrib bergema, dengan teratur seluruh yang hadir menikmati hidangan berbuka puasa.

Beberapa jam sebelumnya, pegiat lebih awal berada di lokasi memastikan persiapan akhir mulai dari pemasangan backdrop, menata layar monitor, menyetel sound sistem, penyambungan jaringan internet untuk sinau bareng via online dengan Mas Sabrang dan Pak Dhe Musthofa. Yang berkesan dari Semak Tadabburan selama empat tahun perjalanan adalah penyelenggaraan acara ditopang oleh jamaah sendiri baik finansial maupun sumber daya manusia. Termasuk malam ini.

Dengan tema “Pesta kerinduan”, luapan kangen antar jamaah tertunaikan. Sembari bergantian melaksanakan sholat magrib, kudapan ringan dan kepulan asap tembakau menemani satu sama lain bertegur sapa, menanyakan kabar masing-masing disisipi canda-canda kecil. Kehadiran sedulur maiyah dari Gambang Syafat, Kalijagan, Purworejo, Pati, Rembang, Jepara, dan beberapa lain makin menghangatkan suasana.

Menjelang isya, jamaah kembali merapat ditemani alunan lagu-lagu dari Redgatte Band. Membuka sesi berikutnya lagu Indonesia Raya dinyanyikan bersama yang kemudian dilanjutkan oleh moderator mengajak Mas Wakijo bergabung di panggung. Beliau membawakan dua nomor yang juga sudah sangat dirindukan jamaah berjudul “Sholawat Inna Fil” (inna fil jannah [red]) disambung lagu berjudul “Awas”.

Sekilas menceritakan latar belakang terciptanya lagu tersebut, Wakijo bertutur dirinya mengenal sholawat sebab bersentuhan dengan Mbah Nun langsung maupun tidak langsung. Baginya memandang foto Simbah saja sudah mampu membuatnya teringat Kanjeng Nabi. Wakijo merasa pada saatnya kita akan menghadapi kehilangan, dengan mencipta lagu-lagu inilah cara Wakijo berupaya mengabadikan.

Spiritualitas, intelektualitas dan kegembiraan yang diramu secara proporsional membuat forum maiyah mudah diterima masyarakat dari kalangan manapun. Terlihat dari respon jamaah bernama Ulul Albab, ia meyakini besok di perjalanan alam selanjutnya Wakijo akan mendapat keselamatan khusus berkat sholawat inna fil lantunannya. Dengan komunikasi yang segar ala Ulul Albab seperti penyebutan istilah sholawat wakijoiyah makin menjadikan suasana makin gayeng.

Malam masih panjang, sampai tulisan ini dibuat Wakijo masih membersamai dan masih ada beberapa nama yang bersiap mengobati kerinduan dengan karya-karyanya seperti Gus Amar, Tiyo Ardianto, Baston Band, juga ada ngobrol bareng Mas Sabrang dan Pak Dhe Musthofa. Mari tuang kembali kopinya dan lanjutkan melingkar dengan gembira. [BWH]

Sedulur Maiyah Kudus (Semak) adalah Majelis Masyarakat Maiyah di Kota Kudus, yang merupakan bagian dari Masyarakat Maiyah Nusantara.